MAKALAH
ILMU DASAR KEPERAWATAN 1
Di Susun Oleh:
Noor Putri Elliya
NIM:
1803064
Program Studi:
S1 Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018
Prinsip
Biomekanika dan Biolistrik dalam Keperawatan
A.
Biomekanika dalam Keperawatan
1. Pengertian
Biomekanika
Menurut Frankel
dan Nordin pada tahun 1980: Biomekanika merupakan ilmu mekanika teknik untuk
analisa sistem kerangka otot manusia. (Chaffin, 1991) secara umum
mendefinisikan biomekanika, yaitu: Biomekanika menggunakan konsep fisika dan
teknik untuk menjelaskan gerakan pada bermacam-macam bagian tubuh dan gaya yang
bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Kajian biomekanik dapat
dilihat dalam dua perspektif, yaitu kinematika yang lebih menjurus pada
karakteristik gerakan yaitu meneliti gerakan dari segi ruangan yang digunakan
dalam waktu yang bersifat sementara tanpa melihat gaya yang menyebabkan
gerakan.
Biomekanika adalah disiplin sumber
ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan manusia,
yang diambil dari pengetahuan dasar fisika, matematika, kimia, fisiologi, anatomi
dan konsep rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada tubuh.
2.
Hukum
Dasar Biomekanika
a.
Hukum
Newton
Hubungan
fundamental pada mekanika klasik tercakup dalam hukum tentang gerak yang
dikemukakan oleh Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris.
Ada 3 hukum dasar biomekanika,yaitu:
Ada 3 hukum dasar biomekanika,yaitu:
1) Hukum I Newton
“Sebuah benda terus berada pada keadaan
awalnya yang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan kecuali benda itu
dipengaruhi oleh gaya yang tak seimbang, atau gaya luar neto”. Jika F=0 maka
status benda adalah inersia (selalu ingin mempertahankan kedudukannya). F= Gaya
yaitu penyebab terjadinya gerakan. Semua objek atau benda akan bergerak apabila
ada gaya yang mengakibatkan pergerakab itu (sifat kelembaman). Contoh: Tubuh
yang diam akan tetap diam, dan tubuh yang bergerak akan tetap bergerak dalam
kecepatan yang konstan, kecuali dipengaruhi oleh gaya yang tidak seimbang.
2)
Hokum II Newton
“Apabila ada gaya
yang bekerja pada suatu benda maka benda akan mengatur percepatan yang arahnya
sama dengan arah gaya “. Newton I digunakan untuk mengukur suatu pengamatan. percepatan
sebuah benda (a) berbanding terbalik dengan massanya (m) dan sebanding dengan
gaya neto (F) yang bekerja padanya.
Maka hubungan gaya (F) dan percepatan oleh Newton dirumuskan:
F = m . a
= P/t
=m . v/t
|
v = s/t
a = v/t
|
Keterangan:
m : massa benda (kg)
a : percepatan (m/s2)
F : gaya (Newton)
m : massa benda (kg)
a : percepatan (m/s2)
F : gaya (Newton)
3)
Hukum III Newton
Gaya-gaya selalu
terjadi berpasangan. Jika benda A, mengerjakan sebuah gaya pada benda B, gaya
yang sama besar dan berlawanan arah dikerjakan oleh benda B pada benda A.
Rumusnya F aksi = F reaksi
Keterangan: F aksi = gaya yang bekerja pada benda.
F reaksi = gaya reaksi benda akibat gaya
aksi.
Hukum ketiga
menyatakan bahwa “tidak ada gaya timbul di alam semesta ini, tanpa keberadaan
gaya lain yang sama dan berlawanan dengan gaya itu”.
Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah benda (aksi) maka benda itu akan
mengerjakan gaya yang sama besar namun berlawanan arah (reaksi). Dengan kata
lain gaya selalu muncul berpasangan. Tidak pernah ada gaya yang muncul
sendirian. Contoh: Saat berjalan, hentakan kaki atau sepatu ke permukaan lantai
biasanya mengartikan bahwa orang tersebut menekankan kakinya ke permukaan
lantai dengan gaya reaksi bumi yang sama melalui lantai pada kaki tersebut.
3.
Torka (Torsis)
Torka adalah perkalian gaya (F) dengan lengan gaya (L) yang
menyebabkan gerak rotasi. Torsis
= F L sin teta
4.
Jenis-jenis Gaya
a.
Gaya Berat
Berat
sebuah benda adalah gaya tarikan gravitasi antara benda dan bumi. Gaya ini
sebanding dengan massa m benda itu dan medan gravitasi yang juga sama dengan percepatan
gravitasi jatuh bebas: Berat benda sifat intrinsik benda.Berat bergantung
pada lokasi benda, karena g bergantung pada lokasi. Gaya berat selalu tegak
lurus kebawah dimana pun posisi benda diletakkan, apakah dibidang horisontal,
vertikal ataupun bidang miring.
b.
Gaya Normal
Gaya normal
adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua prmukaan yang
bersentuhan dan arahnya selalu tegak lurus bidang sentuh.
c.
Gaya Gesek
“Bila dua
benda dalam keadaan bersentuhan, maka keduanya dapat saling mengerjakan gaya
gesekan”. Gaya-gaya gesekan itu sejajar dengan permukaan benda-benda di titik
persentuhan.
5.
Gaya-gaya pada Tubuh Manusia
a.
Gaya pada tubuh merupakan sebuah
permukaan dan dapat kita ketahui. Contohnya saat kita menabrak objek, kita
merasakan adanya gaya yang bekerja pada tubuh kita.
b.
Gaya dalam tubuh yaitu gaya yang
tidak diketahui. Contoh: gaya otot yang menyebabkan mengalirnya darrah dan
paru-paru yang memperoleh udara.
Gaya pada tubuh ada 2 tipe, yaitu:
1.
Gaya Pada Tubuh Dalam Keadaan Statis
“Bila gaya selama domain waktu tertentu bisa
(magnitude) dan arah vektornya tetap konstan adalah gaya statis” Gaya statis terjadi
memang beban yang dikenakan besarnya tetap sepanjang waktu. Dalam hal ini massa
konstan, dan percepatan adalah merupakan gradien percepatan terhadap waktu.
Untuk kondisi statis berarti diam atau kecepatan Nol (0).
Statis: Tubuh dalam
keadaan setimbang, jumlah gaya dan momen gaya yang ada sama dengan nol.
Ada 3 kelas sistem pengumpil:
2.
Gaya Pada Tubuh Dalam Keadaan
Dinamis
“Bila gaya besar
atau arah vektornya berubah terhadap waktu merupakan gaya-gaya dinamis”. Gaya
pada tubuh dalam keadaan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak. Untuk harga yang konstan, maka gaya saat akhir
domain waktu: gaya adalah aksi atau agen yang menyebabkan benda bermassa
bergerak dipercepat. Kesetimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari
integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik
termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain)
yang dimodifikasi/ diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,
cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal
dan eksternal. Dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti, usia, motivasi,
kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
B.
Biolistrik pada Tubuh Manusia
1.
Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah
daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang keluar
dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan
penginderaan.
2.
Hukum-hukum dalam Biolistrik
a.
Hukum Ohm
Hukum Ohm
menyatakan bahwa :
“Perbedaan potensial antara ujung
konduktor berbanding langsung dengan arus yang melewati, dan berbanding
terbalik dengan tahanan dari konduktor”.
R ꞊ V/I
Keterangan:
R
: hambatan (Ω)
I
: kuat arus (ampere)
V
: tegangan (Volt)
b. Hukum Joule
Hukum joule menyatakan bahwa :
“Arus listrik yang melewati
konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu akan menimbulkan
panas”.
W =V I t
(untuk satuan Joule)
H = 0,24. V. I. t (untuk satuan Kalori)
Keterangan:
W :
energi panas yang ditimbulkan (joule)
V :
tegangan (Volt)
I :
arus (A)
t :
waktu lamanya arus mengalir (second).
3. Kelistrikan
dan Kemagnetan dalam Tubuh
Kelistrikan
dan kemagnetan yang ada dalam tubuh:
a. Sistem syaraf dan neuron
System syaraf terbagi dua bagian yaitu system saraf pusat
dan otonom. Sistem syaraf pusat terdiri dari otak, medulla spinalis dan
perifer.saraf perifer ini adalah saraf yang mengirim informasi ke sensoris ke
otak atau medulla spinalis di sebut saraf efferen sedangkan saraf yang
menghantarkan dari otak atau medulla spinalis ke otot serta kalenjar di sebut
system saraf efferen sedangkan saraf otonom mengatur organ tubuh seperti
jantung usus dan kalenjar sehingga pengontrolan system ini di lakukan dengan
tidak sadar yakni bekerja sendiri.
b. Kelistrikan saraf
Dalam bidang neurotami akan dibicarakan kecepatan implus
serta saraf,serta yang berdiameter besar mempunyai kemampuan menghantarkan
implus lebih cepat daripada serta saraf yang mempunyai diameter lebih
kecil.Serat dapat di kelompokan menjadi tiga bagian diantarannya A,B dan C. Dengan mikrskop electron serat saraf dibagi menjadi dua tipe
serta saraf yang bermenyalim dan serat saraf yang tidak bermenyalim
c. Perambatan potensial aksi
Potensial aksi dapat terjadi bila
apabila suatu membrane saraf atau otot mendapat ransangan nilai ambang
potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sel
sekitar membrane untuk mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi
potensial aksi ke segala jurusan sel membran, keadaan ini di sebut perambatan
potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami
repolerasasi. Proses repolerasasi sel membran di sebut sebagai suatu tingkat
refrakter. Tingkat refakter ada dua fase yaitu periode refakter absulot yakni
selama peride ini tidak ada ransangan, tidak ada unsur kekuatan yang
menghasilkan potensi aksi yang lain sedangkan periode refakter relaktif yakni
setelah membran mendekati repolerasasi seluruhnya maka dari periode refakter
terabslut akan menjadi periode refakter relaktif dan apabila stimulus
yang kuat secara normal akan menghasilkan potensi aksi yang baru.
Potensial
Listrik pada Berbagai Keadaan Sel
A. Transduksi Sinyal
1. Pengertian Tranduksi Sinyal
Tranduksi sinyal terjadi ketika sinyal yang dibawa antara
sel dan sel menimbulkan sebuah respons. Respons yang dihasilan dari proses
tranduksi sinya tersebut dapat berupa respons metabolism, ekspresi gen,
pembelahan sel, maupun motilitas dari sel dan organisme tersebut. Hal ini
terjadi dengan tujuan agar sel dapat beradaptasi.
Dua komponen yang plaing penting dari proses transduksi
sinyal adalah sinyal dan resptor. Sinyal yang dimaksud merupakan molekul kimia
yang di eksresikan oleh sel dan membawa infomasi. Reseptor sendiri berperan
dalam penerimaan sinyal tersebut dan pengolahan respon dari sel ke sel lainnya
maupun ke dalam sel itu sendiri.
Sinyal emmbawa pesan dari luar sel menuju ke dalam el,
resptor berada di mebran sel dan di dalam sel tergantung dari siyal yang menuju
sel tersebut. Respetor yang berada pada permukaan bersifat bersifat hidrofilik
sedangakan resptor yang berada di dalm sel bersifat hidrofobik. Hal ini
tergntung dari permeabilitas molekul sinyal. Semakin permeable sinya tersbut,
maka resptor yang dibuthkan umumnya adlah resptor yang hidrofobik, berbeda
dengan sinyal yang kurang permeable, umumnya perlu ditungkap oleh reseptor
hidrofilik yang terdapat pada membrane sel yang dituju oleh resptor tersebut.
Reseptor mebran sel
sallah satunya adalah:
a.
G protein
coupled reseptor (GPCR) → terikat dengan protein G
b.
Tyrosine kinase/
histidline kinase/ serin kinase/threonine kinase (histidine kinase itu ada di
prokariot, sedangkan yang lainnya di eukariot)
c.
Ion Channel
2.
Potensial aksi sel
Urutan tahap potensial aksi adalah
sebagai berikut:
a.
Tahap Istirahat (Resting Membrane Potential)
Tahap
ini adalah tahap potensial membran istirahat, sebelum terjadinya potensial
aksi.
b.
Tahap Depolarisasi
Membran
tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion NA sehingga banyak sekali ion NA
mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90mV akan hilang dan
potensial meningkat dengan arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi.
c.
Potensial
Membran Istirahat
Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar mebran sel
terdapat suatu benda beda potensial yang disebut dengan potensial istirahat
sel. Potensial ini berpolaritas negative di sisi dalam dan positif di sisi luar
membrane sel.
d.
Repolarisasi
Tahap ini berlangsung setelah tahap depolarisasi berakhir, dan
membrane menjadi permeable terhadap ion kalium. Berakhirmya tahap depolarisasi
adalah ketika kanal ion natrium tertutup secara lambat.
e.
Hiperpolarisasi
Setelah tahap repolarisasi berakhir, dikenal suatu kondisi yang
disebut positive after potential. Keadaan ini merupakan kondiris potensial
membrane yang lebih negative dari kondisi istrahat. Terjadi beberapa milidetik
setelah berkahirnya potensial aksi.
f.
Potensial Aksi
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membrane saraf
atau otot mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mepunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekital sel membrane untuk mencapai
nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial aksi ke segal
jurusan sel membrane. Keadaan ini disebut perambatan potensial aksi atau
gelombang depolarisasi.
Periode Refakter Absoult: selama periode ini tidak ada
rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk mengahsilkan potensial aksi yang
lain. Periode Refrakter Relatif: setelah sel membrane mendekati repolarisasi
seluruhnya maka dari periode refekter absolut akan menjadi periode refekter
relative dan apabila ada stimulus/rangsangan yang kuar secara normal akan
mengahsilkan potensail aksi yang baru.
Isyarat Listrik Tubuh
Isyarat listrik (electrical signal)
tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari tipe-tipe sel tertentu. Dengan
mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh
informasi klinik tentang fungsi tubuh. Yang termasuk dalam isyarat listrik
tubuh, yaitu:
1)
ENG
(Elektroneurogram) yaitu miastenis gravis (saraf).
2)
ERG
(Elektroretinogram) yaitu perubahan pigmen (retina).
3)
EOG
(Elektrookulogram) yaitu suatu pengukuran /pencatatan berbagai potensial pada
kornea-retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata.
4)
EGG
(Elektrogastrogram) merupakan gerakan peristaltic (lambung).
5)
EEG
(Elektroensefalogram) yaitu epilepsy (otak).
6)
Elektrokardiogram (EKG, ECG) yaitu aktivitas
kelistrikan jantung.
Pengantaran Impuls di dalam Tubuh dan Transmisi
Sinaps
A.
Pengantaran
Impuls di dalam Tubuh dan Transmisi Sinaps
Dalam tubuh ada banyak
sekali impuls yang di hantarkan impuls-impuls tersebut di transfer dari satu
neuron ke neuron yang lain, setiap neuron berhubungan dengan beribu neuron yang
lain. Di dalam tubuh ada sekitar 100 miliar neuron.
Sinapsis merupakan
titik pertemuan antar neuron atau istilah awamnya penghubung antara satu neuron
dengan neuron lainnya.
B. Mekanisme Penghantar impuls
Dalam mekanisme penghantaran impuls ini ada dua istilah lagi
yang perlu kamu ketahui. Yaitu prasinapsis dan postsinapsis (atau bisa juga
disebut pascasinapsis). Prasinapsis adalah
akson dari neuron “sebelumnya” sedangkan postsinapsis
adalah dendrit dari neuron “berikutnya.” Logikanya begini, impuls yang
diterima dendrit diteruskan melalui badan sel dan diteruskan lagi ke bagian
akson. Akson akan menghantarkan impuls ke neuron berikutnya. Neuron tersebut
(neuron berikutnya) memanfaatkan dendritnya untuk menerima impuls, kemudian
meneruskan impuls ke badan sel lalu ke akson, hingga akson pun siap untuk
mengirimkan impuls ke neuron berikutnya.
C. Jenis-jenis sinapsis
Struktur sinapsis adalah tempat bertemunya akson dari neuron
pre-sinapsis dengan suatu bagian dari neuron post-sinapsis. Akson pre-sinapsis
bisa berhubungan dengan bagian manapun dari neuron post-sinapsis. Karenanya,
sinapsis bisa dibedakan atas:
a. Dendritik sinapsis (dendritic synapse) yaitu Sinapsis jenis
ini terbentuk akibat bertemunya akson dari neuron pre-sinapsis dengan dendrit
dari neuron post-sinapsis.
b. Somatik sinapsis (somatic synapse) yaitu Sinapsis jenis
terbentuk akibat bertemunya akson dari neuron pre-sinapsis dengan badan sel dari
neuron post-sinapsis.
c. Akson sinapsis (axonal synapse ) yaitu Sinapsis jenis ini
terbentuk akibat bertemunya akson dari neuron pre-sinapsis dengan akson dari
neuron post-sinapsis.
D. Transmisi Sinaps
Transmisi (peleburan atau pelepasan neurontransmiter) sinaps
terjadi pada neuron guna menghantarkan senyawa-senyawa kimia. Penghantaran
zat-zat yang terkandung dalam neurontransmiter dengan reseptornya bergantung
pada permeabilitas di neuron pascasinaps. Proses transmisi sinaps terjadi
melalui beberapa cara, antara lain:
1. Potensial End Plate
Didalam suatu sel saraf terdapat unit motor. Unit motor
adalah motoneuron bersama dengan axon dan seluruh serabut otot yang
diinervasinya. Pada saat sebuah motoneuron beraksi, seluruh serabut otot yang
diinervasinya berkontraksi. Karena satu motoneuron mungkin menginervasi dari
sangat sedikit sampai seribu atau lebih serabut otot, maka ukuran unit motor
sangat bervariasi yaitu unit motor yang kecil dan besar.
Ujung cabang-cabang motoneuron bersama dengan membran otot
yang diinervasinya membentuk motor-end plate (junctio neuromuscularis). Motor
end plate terdiri atas dua bagian, yaitu saraf dan otot yang saling dipisahkan
oleh celah. Substansi transmiter di end plate adalah asetilkholin. Satu impuls
saraf menghasilkan suatu potensial end plate, dan apabila potensial ini mecapai
ambang maka terjadilah potensial aksi yang disebarkan ke sepanjang serabut otot
dan menimbulkan kontraksi. Asetilkholin yang dilepaskan pada saat datangnya
aksi potensial saraf akan segara dipecah oleh asetilkholinesterase. Transmisi
impuls di junctio neuromuscularis dapat dipengaruhi melalui beberapa cara Curare,
misalnya, mengurangi potensial end plate, dengan demikian mencegah timbulnya
potensial aksi akibatnya terjadi paralisis otot.
Kerusakan yang terjadi pada miastenia gravis adalah adalah
kerusakan pada transmisi di end plate. Potensial yang direkam pada EMG adalah
aksi potensial serabut otot tersebut di atas. Apabila serabut saraf dipotong,
maka motor end plate dan serabut saraf mengalami degenerasi. Pada umumnya satu
serabut otot diinervasi oleh satu axon dan mempunyai satu motor end plate.
Setelah lahir ukuran motor unit mengecil, mungkin karena
pada mulanya satu serabut otot diinervasi oleh lebih dari satu motoneuron.
Setelah tercapai bentuk dewasa yaitu satu serabut otot diinervasi oleh satu
motoneuron, maka ukuran unit motor menjadi konstan.
2. Excitatory Post Synaptic Potential (EPSP) & Inhibitor
Past Synaptic Potential (IPSP)
Adanya perbedaan potensial pada membran yang menyebabkan
terjadinya peristiwa Excitatory Post Synaptic Potential (EPSP) dan Inhibitor
Past Synaptic Potential (IPST). Potensial pascasinaps eksitatorik (EPSP) adalah
perubahan potensial pascasinaps yang terjadi di sinaps eksitatorik (terbukanya
saluran-saluran gerbang perantara kimia apabila saluran Na dan Ka terbuka)
dimana fluks-fluks ion menyebabkan timbulnya depolarisasi kecil yang membawa
sel pascasinaps mendekati ambang.
Potensial pascasinaps Inhibitor terjadi apabila saluaran-saluran
gerbang perantara kimia yang terbuka adalah saluran Ka dan Cl, akibatnya akan
terjadi hiperpolarisasi kecil sehingga neuron pascasinaps akan mencapai ambang
lenyap. Jalur-jalur sinaps yang menghubungkan berbagai neuron sangatlah rumit
akibat adanya konvergensi masukan neuron dan divergensi keluarannya. Biasanya
banyak masukan para sinaps berkonvergensi ke sebuah neuron dan secara
bersama-sama mengontrol tingkat eksitabilitas neuro tersebut. Suatu neuron
dapat bereaksi melalui beberapa cara antara lain: Melepaskan potensial aksi di
sepanjang akson.¬ Tetap¬ berada dalam keadaan istirahat dan tidak meneruskan
sinyal. Dengan cara¬ menurunkan tingkat eksitabilitasnya.
Frekuensi potensial aksi pada sinaps eksitatorik dan sinaps inhibitor
mencerminkan keadaan sinaps yang mempengaruhi kerja membran apakah sedang
melakukan tansmisi impuls atau sedang dalam keadaan istirahat. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kerja sinaps dan efektivitas sinaps, antara lain: Modifikasi
jumlah transmiter pada neuron.
Perubahan mekanisme sinaps yang dipengaruhi oleh pengaruh
obat-obatan yang di konsumsi oleh individu. Ada dua kemingkinan yang terjadi
yaitu:
a. penghantaran impuls semakin cepat atau semakin lambat.
b. Faktor ketidaksengajaan.
c. Dipengaruhi dan rentan terhadap sejumlah proses penyakit dan
racun yang ada di dalam tubuh.
Daftar Pustaka
Andar, Ismun. Makalah
Biolistrik. 4 April 2015. http://poenyaismunandaewk.blogspot.com/2015/04/makalah-biolistrik.html?m=1
Hudari,
Muhammad Saidul. Bio-Listrik dalam
Keperawatan. 31 Mei 2013. http://lettre-de-raphael.blogspot.com/2013/05/bio-listrik-dalam-keperawatan.html?m=1
Khotim,
Yusnil. Fisika Biolistrik. 01
Desember 2014. http://nurse-yusnil.blogspot.com/2014/12/biolistrik.html?m=1
Puni, Ernes. Biomekanika. 13 November 2012. http://ernesperawatuit337.blogspot.com/2012/11/biomekanika.html?m=1
Payawan, Rizal. Makalah Biolistrik. 07 Juni 2015. http://rizalpayawan.blogspot.com/2015/06/makalah-biolistrik.html?m=1
Lestari, Wiwik Sunaryati Puji. Biomekanika Fisika Kesehatan. 13 Januari 2015. http://wiwiksunaryatipujilestari.wordpress.com/2015/01/13/biomekanika-fisika-kesehatan/
No comments:
Post a Comment