SAP
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
(TEKNIK MENYUSUI
DAN PERAWATAN TALI PUSAT)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Perawatan
Bayi Baru Lahir
Subtopik :
Perawatan Tali Pusat Sehari – hari dan Teknik Menyusui
Sasaran : Ibu
Hamil
Jumlah sasaran :
10 orang
Hari/tanggal :
Selasa, 12 Mei 2020
Waktu :
30 menit
Tempat :
RSUD Husada Semarang
A.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
UMUM (TIU)
1.
Setelah mengikuti kegiatan
penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat mengerti dan
memahami tentang perawatan tali pusat sehari – hari yang baik
dan benar.
2.
Setelah mengikuti kegiatan
penyuluhan selama 30 menit, diharapkan peserta dapat mengerti dan
mampu menjelaskan kembali tentang teknik menyusui yang baik dan
benar
B.
MATERI
Terlampir
1.
Perawatan Tali Pusat
2.
Teknik Menyusui
C.
MEDIA
1.
Materi SAP
2.
PPT Penunjang materi penyuluhan
D.
METODE
1.
Ceramah,
2.
Tanya jawab, dan
3.
Diskusi
E.
KEGIATAN PENYULUHAN
NO |
WAKTU |
KEGIATAN PENYULUHAN |
KEGIATAN
IBU |
1. |
Pembukaan (5 menit) |
a.
Mengucapkan
salam b.
Memperkenalkan
diri c.
Menjelaskan
pokok bahasan dan tujuan |
a.
Menjawab
salam b.
Mendengarkan
atau memperhatikan |
2. |
Inti/pemaparan materi (15
menit per materi) |
1.
Perawatan
Tali pusat a.
Memberikan
pengetahuan tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang baik dan
benar b.
Memeragakan
dan melatih teknik perawatan tali pusat yang baik dan benar c.
Menggali
pengalaman peserta setelah dilakukan tindakan 2.
Teknin
Menyusui a.
Menjelaskan
pengertian teknik menyusui yang benar b.
Menjelaskan
posisi dan perlekatan menyusui c.
Menjelaskan
persiapan memperlancar ASI d.
Menjelaskan
langkah-langkah menyusui e.
Menjelaskan
cara pengamatan teknik menyusui f.
Lama
dan frekuensi menyusui |
a.
Mendengarkan b.
Memperhatikan c.
Menceritakan
pengalaman d.
Berdiskusi |
3. |
Penutup (10 menit) |
a.
Tanya
jawab b.
Evaluasi c.
Menyimpulkan
hasil penyuluhan d.
Menutup
penyuluhan dengan salam dan ucapan terimakasih atas partisipasi |
a.
Mengajukan
pertanyaan b.
Menjawab
salam |
F.
EVALUASI
Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya Jawab
Jumlah soal : 7 soal
Jenis pertanyaan :
1.
Perawatan Tali Pusat
a.
Apa yang di maksud dengan
perawatan tali pusat?
b.
Apa tujuan dari perawatan tali pusat?
c.
Apa yang akan terjadi jika perawtan
tali pusat kurang baik?
d.
Bagaimana Cara Perawatan Tali
Pusat yang benar?
2.
Teknik Menyusui
a.
Jelaskan cara menyusui yang
baik dan benar?
b.
Jelaskan posisi bagaimana cara
menyusui bayi kemabar yang baik dan benar?
c.
Sebutkan langkah-langkah
menyusui yang baik damn benar?
MATERI
PERAWATAN TALI PUSAT
A.
Pengertian Tali pusat
Tali pusat atau dalam istilah
medis dikenal dengan funiculus umbilikalis merupakan sebuah saluran kehidupan
bagi janin selama dalam kandungan. Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar)
janin ke permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm,
dengan ketebalan sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran pendek, jika
panjang normal kurang dari 40 cm. Tali pusat merupakan jembatan penghubung
antara plasenta dan janin. Jadi tali pusat tidak hanya mencakup fungsi
pernapasan saja, tapi seluruh aktivitas yang ada di plasenta yakni menyalurkan
zat-zat yang dibutuhkan oleh janin, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal, serta berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan
sisa yang tidak dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida.
Lalu, akan dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian dieksresikan dari
tubuh ibu (Riksani, 2012).
Tali pusat adalah jaringan unik yang terdiri dari dua
arteri dan satu vena yang tertutup oleh jaringan pengikat mukoid yang dikenal
sebagai Wharton’s jelly, yang ditutup oleh satu lapisan tipis membrane mukosa
(kelanjutan dari amnion). Selama hamil, plasenta menyediakan semua nutrient
untuk pertumbuhan dan menghilangkan produk sisa secara terus-menerus melalui
tali pusat. Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras dan
berubah warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering).
Proses ini dibantu oleh paparan udara. Pembuluh umbilical tetap berfungsi
selama beberapa hari, setelah resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali
pusat terpisah (Trotter, 2010)
Tali pusat terdiri dari bagian maternal (desidua
basalis) dan bagian janin (vili korionik). Permukaan
maternal lebih memerah dan terbagi menjadi beberapa bagian (kotiledon). Permukaan
fetal ditutupi dengan membran amniotik dan merupakan membran yang halus serta
berwarna kelabu dengan tonjolan pembuluh darah sehingga tali pusat tidak hanya
sebagai penyalur sumber makanan dan sebagai penyaring bagi janin (Sarwono,
2010)
Jadi kesimpulnnya Tali pusat atau umbilical cord adalah
saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran
kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat
gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah
tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
B.
Pengertian Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah
tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat
sampai tali pusat puput atau kering dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada
tali pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat
(Sodikin, 2009).
Perawatan tali pusat
merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru
lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat bayi,
alat dan bahan yang digunakan hanya kassa steril, air dan sabun. (Hidayat,
2009).
Perawatan
tali pusat adalah upaya untuk mencegah infeksi tali pusat dengan tindakan
sederhana yakni tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan
kering, selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun, dan
tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat (Sodikin,2012)
Jadi kesimpulannya perawatan tali pusat merupakan suatu
tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat
sampai tali pusat puput, dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat
bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat/ puput tali
pusat.
C. Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan dari perawatan tali
pusat menurut Sodikin (2009) ada empat, yaitu:
1.
Mencegah terjadinya infeksi.
2.
Mempercepat proses pengeringan
tali pusat.
3.
Mempercepat terlepasnya tali
pusat.
4.
Mencegah terjadinya tetanus
pada bayi baru lahir.
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat
Menurut
Sodikin (2009), yaitu:
1.
Jangan menggunakan plester
dalam membalut tali pusat bayi karena dapat menyebabkan iritasi sekitar daerah
tali pusat.
2.
Daerah tali pusat dan
sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan bersih
3.
Jangan mengoleskan alkohol atau
betadine pada tali pusat karena akan menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
4.
Jangan membungkus pusat atau
mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat.
5.
Lipatlah popok di bawah puntung
tali pusat
6.
Bila terdapat tanda-tanda
infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau mengeluarkan nanah atau darah
dan berbau segera hubungi petugas kesehatan.
E.
Waktu Perawatan Tali Pusat
Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat
Menurut
Sodikin (2009), yaitu:
1.
Sehabis mandi pagi atau sore.
2. Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau
kotoran bayi.
3. Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.
F.
Hal-Hal Yang Akan Terjadi Jika
Perawatan Tali Pusat Kurang Baik
Menurut
Sodikin (2012), Perawatan tali pusat tidak
steril akan mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya
tetanus neonatorum dan omfalitis. Untuk mencegah hal tersebut ibu di tekankan
untuk mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi tali pusat bayi mereka yang
dapat disebabkan karena spora Clostridium tetani dan bakteri
stapilokokus, streptokokus, atau bakteri gram negatife. tanda dan gejala infeksi tali pusat pada bayi yaitu
bayi tiba-tiba panas dan tidak mau menetek atau tidak dapat menyusu karena
trismus (sebelumnya bayi menyusu seperti biasa), adanya mulut yang mencucu
seperti mulut ikan (karpermond), mudah dan sering kejang disertai sianosis,
suhu meningkat, kuduk kaku, sampai opistotonus.
Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru
lahir dapat menyebabkan tetanus bayi, yang ditandai dengan:
1. Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor,
yang kemungkinan tapi pusat bernanah.
2. Kesulitan menyusui
3. Mulut tidak bisa dibuka
4. Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau
mendengar suara keras
5. Kadang demam (Iis Sinsin, 2008).
G.
Cara Perawatan Tali Pusat
Menurut rekomendasi WHO, untuk
perawatan sehari-hari tali pusat cukup dengan membersihkan tali pusat dengan
air dan sabun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Dore membuktikan adanya
perbedaan perawatan antara perawatan tali pusat yang menggunakan alkohol
pembesih dan dibalut kain steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat
dengan cara alami lebih cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan perawatan
tali pusat dengan menggunakan alcohol.
Penelitian lainnya yang dilakukan Kurniawati menyimpulkan
bahwa perawatan tali pusat dengan menggunakan prinsip udara terbuka (tidak
menutup tali pusat menggunakan kassa/pembalut), waktu yang dibutuhkan untuk
mengering lebih cepat dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan Air
Susu Ibu (ASI).
Menurut Surat edaran tentang panduan ini, pertama kali
dipublikasikan pada tahun 2004 dan sesuai dengan nasihat terbaru berdasarkan
bukti yang ada (Trotter,2008b) memberitahukan perawatan tali pusat dengan
menjagalah area sekitar tali pusat agar tetap bersih dan kering. Cara terbaik
untuk melakukannya adalah dengan membiarkan daerah ini dan tidak memberikan
apapun setelah mandi pertama kali dalam air bersih biasa, tepuk-tepuk agar
kering dengan handuk bersih. Lipat kembali popok, pada setiap kali ganti,
sampai tali pusat lepas (Trotter, 2010).
Kesimpulannya Menurut saya, perawatan tali pusat yang
baik yaitu tali pusat harus tetap bersih dan kering ditutup dengan kasa steril
tanpa dibubuhi apapun, dan juga perlu diperhatikan adanya tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan tali pusat, berbau dan bernanah, serta suhu tubuh bayi
meningkat.
Penatalaksanaan perawatan tali
pusat
Peralatan Yang Dibutuhkan:
1.
Air DTT berupa air hangat
2.
Kassa steril
3.
1 set pakaian bayi
Prosedur Perawatan Tali Pusat:
1.
Cuci tangan.
2.
Dekatkan alat.
3.
Siapkan 1 set baju bayi yang
tersusun rapi, yaitu: celana, baju, bedong yang sudah digelar.
4.
Buka bedong bayi.
5.
Lepas bungkus tali pusat.
6.
Pindahkan bayi ke baju dan
bedong yang bersih.
7.
Bersihkan tali pusat, dengan
cara:
a.
Pegang bagian ujung
b.
Bersihkan pangkal tali pusat
menggunakan kasa steril yang sudah di basahi dengan air DTT atau hangat dari
ujung melingkar ke batang
c.
Keringkan sisa air dengan kassa
steril, pastikan tali pusat sudah benar-benar bersih dan kering
d.
Setelah di bersihkan, tali pusat
tidak dibungkus.
8.
Pakaikan popok, ujung atas
popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir. Keuntungan: Tali pusatnya
tidak lembab, jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian
popok dulu.
9.
Bereskan alat.
10.
Cuci tangan.
MATERI
TEKNIK MENYUSUI
A. Pengertian Teknik Menyusui
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Saminem, 2009)
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan
ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi
dan Hesti, 2010,)
Tekhnik menyusui yang benar adalah kegiatan yang menyenangkan bagi
ibu sekaligus memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak
dengan cara yang benar (Yuliarti, 2010).
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu
dan memperkuat refleks menghisap bayi.
Jadi, Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan posisi ibu yang benar, sehingga memudahkan bayi untuk menyusui.
B. Posisi
Dan Perlekatan Menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui
yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Gambar
1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar |
Gambar
2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar |
Ada
posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi
sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas.
Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui
bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi
ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan
posisi ini bayi tidak tersedak (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)
Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru
lahir yang benar di ruang perawatan |
Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru
lahir yang benar di rumah |
|
|
C.
Persiapan Memperlancar Pengeluaran ASI
Persiapan mempelancar
pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan:
1. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epital
yang lepas tidak menumpuk.
2. Putting susu di tarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.
D.
Langkah –Langkah Menyusui Yang Benar
1. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
2.
Peras sedikit ASI dan oleskan
disekitar puting
3.
Duduk dan berbaring sesuai posisi
yang nyaman untuk ibu. Jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala
dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan putting susu, biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan
tunggu sampai terbuka lebar
4.
Segera dekatkan bayi kepayudara
sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak dibawah puting susu. Cara
meletakan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut
bayi terbuka lebar dan bibir bayi membuka lebar.
5.
Bayi disusui secara bergantian
dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.
6.
Setelah selesai menyusui, mulut
bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan lap bersih yang telah direndam
dengan air hangat.
7.
Sebelum ditidurkan, bayi harus
disendawakan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.
8.
Bila kedua payudara masih ada
sisa ASI tahan puting susu dengan kain supaya ASI berhenti keluar.
Gambar
9. Cara meletakan bayi |
Gambar
10. Cara memegang payudara |
|
Gambar 12. Perlekatan benar |
|
E.
Cara Pengamatan Tekhik Menyusui yang benar
Menyusui dengan tekhnik yang tidak benar dapat mengakibatkan
puting susu menjadi lecet dan asi tidak keluar secara optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjut nya atau bayi enggan menyusu. Apabila
bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai
berikut:
1.
Bayi tampak tenang.
2.
Badan bayi menempel pada perut
ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menemel pada payudar ibu.
5. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih
banyak yang masuk.
6. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
7. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin aerola (tidak hanya
putting saja), lingkar aerola atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan
dengan lingkar aerola bawah.
8. Lidah bayi menopang putting dan aerola bagian bawah
9. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
10. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
11. Puting susu tidak terasa nyeri.
12. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
13. Kepala bayi agak menengadah.
14. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai
dengan berhenti sesaat.
F.
Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan disetiyap bayi
membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus
menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena penyebab lain (BAK,
kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu
menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya,
bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu
setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan
menyusui tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya
masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui
pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi
ASI.
Untuk menjaga keseimbangan ukuran kedua payudara, maka sebaiknya
setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar
berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi
lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir
disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (bra) yang dapat
menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
(Vivian Nanny Lia Dewi, Tri
Sunarsih, 2011).
No comments:
Post a Comment